Saya baru saja melihat sebuah
berita kecil pada Kompas Kamis, 27 Desember 2012 yang berjudul “Kondisi Ekonomi
Masih Belum Pasti”. Berita ini memberitahukan kita tentang adanya ancaman dalam
pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 mendatang. Ada beberapa factor yang baik
secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia secara signifikan. Secara umum, faktor ini dibagi dua yaitu factor
dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar yang akan mempengaruhinya
adalah 1kondisi perekonomian dunia yang belum pulih dari krisis yang
juga akan mempengaruhi faktor internal yang dapat mengguncang perekonomian seperti
subsidi BBM yang terus meningkat, alokasi anggaran infrastruktur yang mengecil,
neraca pembayaran yang tidak seimbang, serta potensi rasionalisasi perusahaan
akibat naiknya UMR.
Melihat cikal bakal masalah
perekonomian yang akan muncul di tahun 2013 ini, saya merasa sangat prihatin
melihat kondisi bangsa ini yang ironis. Terus terang, saya berasal dari
keluarga yang pas-pasan. Tergolong kaum ekonomi menengah ke bawah. Menurut
sudut pandang saya, saya merasa pemerintah tidak berdaya menghadapi situasi
ini. Saya bukanlah ahli ekonom atau pengamat politik, saya hanya seorang
mahasiswa baru yang memiliki pandangan yang masih lurus. Yang paling mau saya
soroti adalah masalah kenaikan BBM.
Isu kenaikan BBM bukanlah hal
yang baru dibahas, isu ini sudah merebak dari pertengahan tahun 2012 lalu dan
bukan hal yang tidak mungkin isu ini akan merebak kembali pada tahun 2013 yang
tinggal beberapa hari lagi. Penyebabnya adalah jika situasi jatah subsidi masih
seperti sekarang alias harga BBM tidak dinaikan, neraca perekonomian Indonesia
akan terguncang besar. Berdasarkan data yang ada, dapat dilihat bahwa
permintaan BBM bersubsidi dari hari ke hari terus meningkat, hal ini berdampak
besar pada APBN Negara. Isu yang merebak pada pertengahan tahun 2012 lalu
adalah mengenai jatah BBM bersubsidi. Pada kenyataannya, sekarang, biaya yang
digunakan untuk BBM bersubsidi bahkan melewati batas dari yang telah dijatahkan
dan kondisi ini tidak akan berubah sampai muncul kesadaran dari masyarakat
untuk berhenti menggunakan BBM bersubsidi. Di lain sisi, jumlah kendaraan yang
beredar di kota tempat tinggal saya, Jakarta, sudah melewati batas wajar menurut
saya. Dapat dilihat secara kasat mata saat jam kerja di hari kerja biasa, ruas
jalan seperti Jalan Sudirman, Kuningan, atau Thamrin dipenuhi oleh
kendaraan-kendaraan bermotor. Kenaikan volum kendaraan bermotor ini juga
menyebabkan konsumsi BBM baik yang bersubsidi maupun tidak akan meningkat (juga
kecenderungan untuk menggunakan BBM bersubsidi).
Menurut saya, pemerintah terlalu
takut kekuasaannya lengser hanya karena tidak didukung kembali oleh masyarakat.
Mengapa saya bisa berkata seperti itu? Dalam kasus perdebatan kemarin, secara
keseluruhan, pemerintah tidak menaikan harga BBM karena takut masyarakat
merana. Namun dampaknya adalah anggaran Negara menjadi kacau dan tidak jelas,
dengan kata lain pemerintah hanya membuaikan masyarakat dengan kesenangan sesaat
namun menghancurkan Negara perlahan-lahan. Sekarang dampak itu mulai terasa,
dan bila anggaran untuk BBM bersubsidi tidak dikurang, akan mempengaruhi
perkembangan infrastruktur karena jatah anggaran telah terkuras untuk subsidi
BBM dan secara tidak langsung ini akan membawa bangsa kita menuju degradasi.
Maka dari itu ada beberapa
solusi yang saya tawarkan, saya bukanlah ahli politik bahkan saya tidak
memiliki kekuatan sama sekali namun untuk membantu mengatasi masalah ini, saya
pertama-tama akan menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi.
Saya sendiri bukan berasal dari keluarga mampu namun kesadaran saya untuk tidak
menggunakan BBM bersubsidi sudah terbangun. Kedua, terus terang saya menghimbau
pemerintah untuk menaikan harga BBM daripada Negara menjadi hancur, mengapa?
Menurut saya, penggunaan BBM yang berlebihan hanya didasari oleh alasan yang
kurang penting seperti misalnya untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang
digunakan untuk berjalan-jalan ataupun karena misalnya satu keluarga memilki
banyak kendaraan bermotor yang berujung pada membengkaknya konsumsi BBM.
Saya menulis tulisan ini bukan
bermaksud untuk menjatuhkan pihak-pihak tertentu, saya hanya mengutarakan
pendapat saya mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan negeri kita sendiri
dan saya tidak setuju jika masyarakat sipil seperti saya dan anda hanya diam
saja dan menutup mata serta telinga dari masalah besar yang akan terjadi pada
tahun 2013 akibat masalah subsidi BBM yang terus diperdebatkan kejelasannya.
Mohon maaf bila ada salah-salah kata, terimakasih.
No comments:
Post a Comment